Kamis, 16 Agustus 2012

Mengenal Lebih Dekat Gus Irawan Pasaribu

GUS IRAWAN PASARI-BU berasal dari keluarga se-derhana. Ketika ia dan sau-dara-saudaranya saat berse-kolah, orangtuanya (almar-hum) H. Hasan Pinayungan Pasaribu dan Ibu (almarhu-mah) Hj. Alimah Pakpahan, berjualan beras di pasar Pa-dangsidimpuan dari pagi hingga sore untuk menafkahi keluarga. Ikut tumbuh bersama saudaranya di bawah didikan keras orangtua, ia sendiri sudah ikut membantu orangtua berjualan ketika itu. Tak sia-sia, sejak sekolah hingga kuliah prestasinya bagus. Begitu juga karirnya berjalan mulus dari bawah hingga ia menjabat Direktur Utama Bank Sumut.
“Ayah saya tidak sekolah tapi cukup bijaksana. Punya kepemimpinan yang menonjol dan visioner,” ujar Pak Gus (sapaan akrab Gus Irawan Pasaribu) dalam sebuah wa-wancara dengan beberapa media awal Maret lalu. 
Dampak kesuksesan didikan orangtuanya itu tak hanya dirasakannya semata, tapi saudara-saudaranya yang lain yakni, DR. H. Bomer Pasaribu, SE, SH, MS., Drs. H. Panu-sunan Pasaribu, MM., Ibrahim Pasaribu, Syahrul Pasaribu, Lisliwati Pasaribu, S. Ag., dan Drs. Jon Sujani Pasaribu.
Di balik kesederhanaan keluarga, orangtuanya menerap-kan disiplin yang tinggi dan memahami betapa pentingnya pendidikan untuk masa depan anak-anaknya. GUS mengakui ketegasan ayahnya saat dia mulai sekolah di SD No. 7 Pa-dangsidimpuan yang lulus tahun 1976. Dia dan saudara-saudaranya tidak dibiarkan bebas namun tetap fokus pada sekolah, bahkan cenderung mengekang. “Jajan saja dijatah sebab semuanya sudah disediakan di rumah,” paparnya.
Waktu itu, sang ayah juga cemas bila anak-anaknya terpengaruh oleh lingkungan karena akan berdampak buruk bagi pendidikan mereka. “Kami anak-anaknya harus patuh pada disiplin yang berlaku di keluarga,” sambung GUS yang hobi menyanyi dan olahraga (sepakbola/futsal) itu.
Karena tidak ingin terpengaruh dengan lingkungan, sang ayah memindahkan dia ke Medan agar GUS dan saudaranya bisa lebih konsentrasi sekolah. Di Medan, Pak Gus sekolah di SMP Negeri 1 Medan (lulus tahun 1980) dan melanjut ke SMA Negeri 1 Medan (lulus tahun 1983). Pendidikan (S1)-nya ditamatkannya dari Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Syah Kuala di Banda Aceh dan lulus 1988 de-ngan prestasi yang memuaskan. Selanjutnya, pada tahun 2009, Gus Irawan meraih gelar S2 pada program Studi Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara (USU).
Dirut Bank Sumut Termuda
Pada tahun 1990 bagi Gus, mempunyai arti penting dalam kehidupannya. Sebab pada tahun itu ia mempersunting Asrida Murni Siregar sebagai istri yang kini mengarunia keluarganya tiga anak yakni, Okti Divita Irawan Pasaribu, Putra Ahmad Syarif Irawan Pasaribu dan Fauzan Faris Irawan Pasaribu.
Tahun 1990 Gus mulai menapaki karirnya di bidang per-bankan. Maret tahun itu ia diterima sebagai pegawai Bank Sumut dan pertama kali bertugas di unit kerja Biro Personalia Kantor Pusat Bank Sumut yang ketika itu namanya Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara (BPDSU). Dalam beberapa bulan sebagai pegawai biro personalia, ia dipro-mosikan sebagai Kepala Seksi Administrasi Kantor Cabang Pematang Siantar, September 1990.
“Dalam berkarir prinsip saya sederhana. Pekerjaan atau jabatan apapun yang diemban merupakan amanah pemberian Allah SWT dan harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, profesional, maksimal dan ada target. Kata kuncinya mampu mengendalikan diri dan bertanggung jawab pada pencapaian tujuan serta membangun ketauladanan diri,” katanya.
Diakuinya, di masa-masa awal berkarir di Bank Sumut, keuletan dan profesionalisme semakin menuntut. Kadang-kadang tugas begitu banyak dikerjakan sehingga setiap hari harus lembur sampai larut malam.
“Alhamdulillah isteri saya sangat mengerti pekerjaan yang saya jalani,” ujarnya. Karirnya pun terus menanjak, tahun 1994 hingga 1996 ditunjuk sebagai Wakil Pemimpin Cabang Tebing Tinggi. Tahun 1996 sampai 2000 sebagai Pemimpin Cabang Tebing Tinggi. Sejak Juni 2000 ia men-duduki jabatan tertinggi di Bank Sumut sebagai Direktur Utama. Di usianya yang masih 36 tahun waktu itu ia menjadi Dirut Bank Sumut, termuda di BPD seluruh Indonesia dengan masa kerja selama 10 tahun.
Pencapaian karir ini, menurutnya, tak lepas dari peran didikan orangtua. Ia mengenang nasehat ayahnya yang pernah diucapkan padanya. “Gus! Engkau jangan kerja untuk cari duit. Tapi, bekerjalah secara ikhlas dan berprestasi, pasti rezeki akan datang dengan sendirinya!”. Ucapan sang ayah benar-benar diyakini Pak Gus. Ketika mengikuti ‘fit and proper test’ Direksi yang dilaksanakan BI di Jakarta, tidak ada beban yang dirasakannya. “Target saya waktu itu, yang penting jangan malu-maluin,” ujarnya.
Akhirnya ia lulus meskipun jabatan sebagai Dirut tak pernah terpikirkannya. “Menjadi Dirut Bank Sumut itu ke-betulan,” katanya lagi. Ia juga berterimakasih kepada orang-orang terdekatnya yang berjasa dalam karirnya, termasuk almarhum Bapak H.T. Rizal Nurdin, tokoh yang dikagumi sekaligus guru.
Kunci Sukses
Quantum ikhlas adalah kunci keberhasilannya dalam memimpin Bank Sumut. “Prinsip saya sederhana saja, jabatan merupakan amanah pemberian Allah SWT dan harus dilak-sanakan secara profesional, maksimal dan ada target, disam-ping membutuhkan teori kapasitas otak. Kata kuncinya:  mengoptimalkan SDM, mampu mengendalikan diri dan ber-tanggung jawab pada pencapaian tujuan serta membangun ketauladanan diri,” tutur Gus Irawan yang baru terpilih untuk kedua kalinya sebagai Ketua KONI Sumatera Utara (periode 2011-2016) dan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah  (MES) Sumut.
Setelah lebih 11 tahun memegang tampuk kepemimpinan, ia berketad mengantarkan Bank Sumut untuk menjadi bank 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar