Kamis, 06 Maret 2014

Keambisian Lebih Banyak Sisi Negatifnya


Oleh : Koting Tumangger,Sm.PAK

Ambisi, menurut kamus Webster, adalah sebuah dorongan yang kuat untuk mencapai ranking, ketenaran, kehormatan dan kekuasaan; keinginan untuk mencapai tujuan tertentu keinginan yang kuat untuk meraih suatu kemajuan, kedudukan yang lebih tinggi, atau keinginan lain yang lebih luas. Ambisi adalah suatu driving force yang membuat manusia mampu meraih apapun.

Bukan tidak ada keambisian itu ada sisi positifnya , tetapi juga bisa bersifat negatif. Seorang psikolog juga mengatakan,seperti Zig Ziglar disebutkan bila belas kasihan (compassion), kebijaksanaan dan integritas menjadi bahan bakarnya, maka ambisi akan menjadi suatu kekuatan yang luar biasa untuk kebaikan.

Sebaliknya, bila ‘dikendarai’ oleh ketamakan, keserakahan  dan nafsu untuk meraih kekuasaan, ambisi akan menjadi tenaga destruktif yang menghasilkan kerusakan yang parah-pada pribadi yang berada di bawah cengkeramannya, maupun pada orang-orang di sekelilingnya. Ambisi bisa membangun atau menghancurkan kita,sebut Zig Ziglar.

Apalagi kalau yang sekarang di repubelik kita ini yang sering terjadi di tengah-tengah kisruhnya politisi kita ,dan terlebih di internal dalam birokrasi repubelik kita yang saat ini berkecamuk permasalahan tentang korupsi,balas dendam bila dia sebelumnya tidak didukung secara nyata yg dilihat oleh mata kepalanya sendiri,padahal dibirokrasi itu tidak boleh memihak kepada siapapun dalam suatu pilkada,atau dalam pemilu lainnya, dan seorang birokrasi itu harus Independen.

Tetapi anehnya bila seorang politisi pemenangnya dalam arena itu,lebih banyak sisi negatifnya yg dilakukan,dalam istilah jaman kita sekarang “balas dendam”   . Dan dapat kita contohkan yang terjadi direpubelik ini,  bila seorang Kepala daerah sudah duduk di kekuasaannya,maka dia melakukan mutasi,apalagi dibuat secara besar-besaran tentang mutasi terus menerus digulirkan. Sehingga iklim kerja yang kurang sehat,dan dihantui dengan rasa ketakutan oleh bawahannya.

Kekuasaan dalam batas tertentu tak sama halnya dengan kekuatan.  Bagi yang sedang berkuasa, suaranya saja bisa menggerakkan banyak orang, menghasilkan banyak bangunan, menghasilkan harta berlimpah, dan juga memunculkan keadilan. Itulah sebabnya, orang tua pun bisa lupa pada usianya dan orang lemah lupa pada kelemahannya, ketika muncul ambisi meraih kekuasaan.  Padahal, tak sedikit orang yang meskipun sedang memegang kekuasaan masih tak berdaya.    

Sebahagian pemegang kekuasaan tak berdaya menciptakan kemakmuran, keadilan, dan kepedulian bagi rakyatnya.  Rakyat hidup tak terperhatikan, sehingga hidup bagaikan tanpa pemimpin. Inilah keadaan yang sangat dikuatirkan oleh para pemegang kekuasaan beriman.    

Ada juga pemimpin yang tak berdaya menghadapi ketidakmampuan dirinya sendiri. Sudah tak mampu, pendapat orang lain pun tak mau didengar. Akibatnya, pemimpin menjadi sumber malapetaka bagi rakyatnya. 

Orang-orang berdasarkan ambisi meraih suatu kekuasaan didaerah itu sendiri tapi tak dikelola sesuai amanah, akan menjadi penyesatan secara dahsyat.
Ambisi boleh,tetapi jangan ambisius,sebab ambisius sudah dianggap berlebihan,dan tindakannyapun berlebihan yang tidak memakai logika secara naluri,alias memakai hati nurani.

Semogalah repubelik ini akan lebih baik kedepan,dan kesadaran  seseorang yang memegang kekuasaan bukan  berdasarkan keambisian secara negatif. ***
……………………………………………………………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar