Kamis, 01 September 2011

Membayangkan Seorang Pejabat Mengandalkan Kekuasaan

Oleh:Koting Tumangger,Sm.PAK
Diera jaman sekarang sulit sekali orang membedakan mana yang perlu ditiru dan mana yang tidak perlu ditiru,dan sering kebingungan untuk memilihnya,padahal hanya dua pilihan,seperti baik dan buruk,jahat dan baik-baik,terang dan gelap.
Dan kedua tersebut sudah tentu mempunyai perbedaan,dan anak kecilpun sudah tahu membedakan kedua perbedaan it.
Memang persoalan demi persoalan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi (Sikon). Artinya bisa saja dipengaruhi oleh kebutuhan sehari-hari, kebutuhan untuk memperkaya diri sendiri, kebutuhan kepuasan diri untuk menunjukkan “Akulah saat ini yang berkuasa ”.Kebutuhan untuk balas jasa, kebutuhan untuk balas dendam, kebutuhan untuk menutupi kelemahan dan lain sebagainya.

Pepatah yang disampaikan nenek moyang kita sejak dahulu kala tidak pernah berubah, dan pepatah itulah menjadi pedoman hidup kita di dunia yang fana ini(dunia simangko-angko en) bagi orang punya iman sesuai dengan agama yang dianutnya.
Dan salah satu pepatah tersebut adalah “ Hidup ini bagaiakan roda pedati” arttinya roda pedati tersebut selalu berputar ,dan putarannya itu sekali keatas dan sekali kebawah. Perputaran roda pedati itu tetap berproses untuk berputar sepanjang roda itu berjalan.
Penulis selalu menghayalkan dan membayangkan apa yang terjadi dalam kehidupan manusia itu sendiri bila manusia itu mempunyai kekuasaan sementara,katakanlah itu seorang pejabat terkejut badan memegang tampuk kekuasaan dipemerintahan. Dan penulis dapat mem bayangkan seorang pejabat mengandlkan kekuasaan sebagai pemuasaan hati,atau balas demdam ketika sebelumnya memegang tampuk kekuasaan.
Penulis dapat membayangkan seorang pejabat ketika memegang kekuasaan sering membuat kebijakan yang kadangkala kurang masuk akal atau boleh dikatakan bukan kebijakan itu untuk pro rakyat,tapi kebijakan itu hanya kepentingan untuk pribadi, keluarga dan kelompok. Dan yang paling fatalnya lagi bahwa sipenguasa itu kalau kebetulan juga memegang salah satu partai politik.Maka tudingan-tudingan secara negatif pasti akan bergulir kepada sipenguasa ter sebut.
Dan bila sipenguasa itu tidak mau menerima kritikan orang lain,apalagi kritikan untuk membangun,disinilah sering gagalnya kepemimpinan seseorang sebagai kepala daerah yang diusung oleh partai politik .Artinya kalau sipenguasa itu tidak mau berkoordinasi dengan seluruh elemen yang ada di daerah itu,maka dapat dibayangkan roda pemerintahan dibawah naungangannya akan bisa kehilangan arah atau kendali.
Menjadi seorang pemimpin memang bukanlah mudah apalgi yang disebut menjadi Kepala Daerah direpubelik yang kita cintai ini,orang sudah bebes mengeluarkan pendapatnya untuk mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak sesui dengan perundang-undangan,terlebih kebijakan itu bukan pro rakyat.
Penulis juga membayangkan, bila seseorang para penguasa(kepala daerah) yang minim pendidikannya secara formal alias duduk secara penuh terus menerus dibangku sekolah,ini juga sangat disangsikan juga untuk memimpin satu daerah,bahkan pejabat seperti itu perintahnypun sering kurang masuk akal, misalnya doyang berperkara ,sering menghujat profesi orang lain,pandai untuk memutarbalikkan fakta,tidak mau mengalah kalaupun seseorang itu salah,sering juga membuat stekmen untuk memmatahkan semangat orang, sehingga tidak mau menerima saran orang lain.Sebab dianggap sarannya itu nanti menjadi beban berat baginya,kalaupun saran itu adalah untuk terbaik kesuama orang.Dan bisa saja dianggapnya menggurui,karena merasa dirinya sebagai penguasa di daerahnya sendiri.
Bisa saja membuat sutau stekmen kepada bawahannya, atau kepada orang lain untuk mematahkan semangat, padahal msukan itu benar-benar menguntungkan semua pihak. Bila ada stekmen berbunyi seperti ini,“Cepat jangan mendahului, pintar jangan menggurui,tajam jangan melukai”, tentu kalimat ini sangat menarik untuk dibahas nantinya,dan bila perlu penulis juga akan mengapreasisai kalimat diatas,dan akan membuat suatu penafsiran nantinya pada tulisan yang akan datang,dan maknanya ini menurut penilaian penulis cukup menarik dan sangat mendalam sekali ,sesuai dengan tafsiran-tafsiran tersendiri nantinya.
Banyak orang di dunia simangko-angko en(dunia fana ini) bila sudah memgang jabatan (pimpinan daerah), sudah lupa kepada dirinya sendiri,dan tidak menyadari,bahwa keberhasilannya itu bukan semata-mata hanya kekuatanya sendiri, namun kekuasaan yang diraihnya itu adalah atas adanya kerjasama yang baik dengan orang lain .
Penulis tidak bisa membayangkan bila seorang pejabat itu selalu menutupi kelemahannya dengan menggunakan keegoisan, menutupi kelemahannya dengan menggunakakan kekuasaan dan lain sebagainya.. Penulis juga membanyangkan, ketika seorang pejabat tidak menyadari bahwa kekuasaan itu hanya bersifat sementara, atau dengan kata lain ada masa waktunya, misalnya seperti Presiden, Gubernur, Bupati atau Walikota hanya lima tahun masa jabatannya dan istilah jaman sekarang ada masa priode,dan kemungkinan priode selanjutnya bisa saja tidak terpilih.
Bahkan bila Tuhan juga tidak mengkendaki, jabatannya untuk satu priode itupun bisa saja tidak kesampaian diakhiri,mungkin bisa saja meninggal, struk,ataupun bisa juga masuk penjara karena kasus dan lain sebagainya. Semua itu tergantung kehendak Tuhan Yang Maha Esa selaku pencipta alam dan manusia.
Dan bila kelakuan sipejabat itu kurang baik semasa memegang tampuk kekuasaan , baik itu kepada bawahannya sebagai PNS,maupun kepada masyarakat luas termasuk elemen-elemen yang ada didaerah itu,tentu sasarannya nanti bisa berdampak kepada keturunannya,seperti keturunan para penguasa orde baru,setelah runtuhnya kekuasaan penguasa orde baru tersebut,peran aktif keturunan penguasa orde baru tersebut kurang berperan di repubelik kita ini.
Semoga para penguasa atau raja-raja kecil didaerah jangan merasa bangga dan diatas angin ketika tampuk kekuasaan itu ditangannya,dan ingat bahwa dunia ini hanya tempat perhentian sementara di kasih yang maha kuasa. Oke......kita harus sadar hidup didunia yang fana ini (duniasiamngko-angko en).
Renungkan apa yang disampaikan penulis ini ?.... Oke....(***) Bersambung, edisi selanjutnya,judul yg lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar